Cara Instalasi openSUSE 11.2 versi Server Berbasis GUI

Panduan ini akan menitikberatkan penggunaan tampilan GUI untuk manajemen server. Saya memahami sepenuhnya bahwa sistem yang didedikasikan untuk server sebaiknya menggunakan konfigurasi seminimal mungkin dan direkomendasikan untuk menggunakan tampilan Text Mode. Meski demikian, atas pertimbangan kemudahan migrasi, pemahaman pengguna dan adaptasi selama proses transisi, saya memutuskan untuk menggunakan tampilan GUI, meski semua caranya bisa dilakukan melalui tampilan konsole/text mode.

Penggunaan GUI ini diharapkan dapat membantu para pemula, terutama para Administrator Windows yang berniat melakukan migrasi sistem ke Linux namun masih belum terbiasa dengan konfigurasi berbasis teks.
Panduan ini menggunakan distro Linux openSUSE 11.2 namun bisa digunakan dengan sedikit modifikasi dan perubahan jika diterapkan pada openSUSE 11.0, 11.1, 11.3 maupun SUSE Linux Enterprise Server 11.
Instalasi openSUSE bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik menggunakan CD, DVD, file
ISO, melalui jaringan dan lain sebagainya. Panduan ini akan menggunakan instalasi berbasis DVD. Instalasi berbasis jaringan, file iso atau media instalasi lainnya akan dibahas pada bab terpisah.

Langsung saja kita menuju Proses Instalasi
1)    Dapatkan DVD Instalasi openSUSE 11.2, baik dengan cara download dan melakukan burning DVD maupun dengan cara membelinya melalui toko-toko online yang menjual CD/DVD Linux. Berbeda dengan CD/DVD Windows yang terlarang untuk dijual secara bebas tanpa lisensi resmi karena berarti ilegal, CD dan DVD Linux openSUSE boleh diperjual belikan secara legal dengan biaya yang relatif murah. DVD Instalasi openSUSE misalnya, bisa didapatkan mulai dari harga Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 50.000,- tergantung kemasan, support dan kesepakatan sebelumnya.
2)    Jika menginginkan untuk burning file iso menjadi DVD, file iso instalasi openSUSE dapat didownload pada beberapa alamat berikut ini :
                 ◦    http://mirror1.opensuse.or.id/distribution/11.2/iso/
Pilih versi DVD yang sesuai dengan arsitektur processor yang digunakan. Sebagai catatan, file yang mengandung tulisan ix86 (i386, i486, i586, i686) berarti diperuntukkan bagi processor 32 bit sedangkan untuk file yang mengandung tulisan x86_64 diperuntukkan bagi komputer yang memiliki processor 64 bit.
Burning file iso tersebut menggunakan aplikasi burner DVD, misalnya Nero Burning ROM pada sistem Windows atau K3B atau Brasero pada sistem Linux.
3)    Boot komputer dengan posisi CDROM/DVD ROM sebagai pilihan pertama pada boot device priority di BIOS

4)    Pilih Installation. Pada pilihan ini, kita dapat mengubah pilihan bahasa untuk instalasi, ukuran layar, lokasi sumber instalasi (DVD atau melalui network), pilihan kernel dan tambahan driver. Karena menggunakan DVD, kita bisa langsung memilih kondisi default dengan menekan tombol ENTER.
5)    Kita akan masuk ke posisi Welcome Screen yang menampilkan openSUSE License Agreement. Perhatikan bahwa openSUSE tidak meminta kita setuju atau tidak seperti halnya instalasi Windows. Ini karena openSUSE bersifat bebas dan gratis untuk dipergunakan. Tampilan license agreement berisi informasi distro Linux dan peran komunitas dalam proses pembuatannya. Kita bisa langsung memilih tombol  Next.

6)    openSUSE akan melakukan analisa sistem, deteksi hardware dan spesifikasi sistem yang ada. Tunggu sebentar hingga proses deteksi selesai dilakukan.
7)    Pilihan berikutnya adalah pilihan instalasi, apakah berupa Instalasi Baru, Update atau Perbaikan Instalasi Sebelumnya. Jika harddisk yang dipergunakan sudah memiliki sistem openSUSE, pilihan update atau repair secara otomatis akan diaktifkan. Karena proses ini merupakan instalasi awal, pilih New Installation.

8)    Berikutnya adalah menentukan waktu dan area waktu (Time Zone). Pilih Asia Jakarta jika memang tinggal didaerah WIB dan pilih area lokasi lain jika tinggal di area waktu WITA/WIT

9)    Pilihan berikutnya adalah menentukan desktop manager. Tersedia berbagai pilihan, baik Gnome, KDE 3.5, KDE 4 maupun yang lain (XFCE, minimal system dll). Sesuai dengan judul panduan ini, saya memilih untuk menggunakan Gnome Desktop Manager sebagai desktop manager. Anda bisa memilih untuk menggunakan Minimal Server Selection jika memang sudah terbiasa dengan konfigurasi berbasis teks.
Pada dasarnya, pemilihan desktop manager adalah preferensi pribadi masingmasing. Anda bebas dan boleh memilih desktop manager yang paling nyaman untuk dipergunakan. Secara prinsip perbedaan masing-masing desktop manager terletak pada tampilan dan sistem menu. Bisa saja aplikasi KDE dijalankan pada desktop manager Gnome atau sebaliknya.
Munculnya banyak desktop manager di Linux merupakan buah dari kebebasan untuk memilih preferensi yang paling diinginkan. Saya memilih Gnome meski tetap sering menggunakan KDE. Analogikan pemilihan desktop manager ini dengan pemilihan social media, misalnya saya tetap menggunakan Twitter meski juga menggunakan Facebook.

10) Setelah menentukan Desktop Manager, tahap selanjutnya adalah menentukan formasi harddisk. Jika sudah memiliki data pada harddisk, tahap ini adalah tahap yang perlu perhatian extra agar jangan sampai data yang sudah ada termasuk kedalam bagian yang akan diformat. openSUSE memiliki kemampuan  mendeteksi partisi Windows dan partisi Linux lainnya dan menjaga agar data tersebut tidak hilang. Meski demikian, sangat disarankan untuk melakukan backup data terlebih dahulu
Secara default biasanya openSUSE memberikan kapasitas besar untuk /home. Saran saya, sebaiknya ubah formasi ini dengan cara memilih partisi / (partisi root) yang lebih besar daripada /home karena / akan menjadi folder utama dan melakukan resize ukuran / jauh lebih sulit daripada melakukan resize ukuran partisi lain. Sebagai contoh, untuk harddisk 80 GB, saya akan memilih 50 GB untuk root (/), 1.5 GB untuk Swap dan sisanya untuk /home.
Jika sistem sudah didedikasikan secara khusus untuk aplikasi tertentu, misalnya untuk Zimbra mail server yang menyimpan semua data pada folder /opt, kita tidak perlu membuat partisi /home secara terpisah karena yang dibutuhkan justru partisi /opt.
Jika kita tidak membuat suatu partisi secara terpisah, semua partisi akan diletakkan didalam folder /. Jika menggunakan kapasitas harddisk terbatas, misalnya hanya 20 atau 40 GB, saya lebih menyarankan untuk hanya membuat partisi / dan swap, karena kalau dipisah kedalam beberapa partisi akan mengurangi kapasitas maksimum masing-masing partisi.
Ada beberapa saran yang menganjurkan untuk memisahkan partisi sistem tertentu (misalnya /var, /srv dll) kedalam partisi terpisah. Jika memiliki harddisk yang berbeda, saran ini bisa diadopsi untuk meningkatkan kecepatan proses, namun jika menggunakan harddisk yang sama, saya lebih menyarankan untuk tetap memilih formasi seperti diatas.
Banyak juga yang menyarankan ukuran swap 2.5X memory fisik. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena swap sebenarnya hanya memory buffer atau cadangan dan tidak akan digunakan jika memory fisik sudah cukup besar. Penggunaan swap juga akan memperlambat proses sistem sehingga swap merupakan cadangan darurat saja. Jika swap terpakai cukup besar, itu sudah merupakan tanda bahwa memory fisik harus ditingkatkan.
Dalam banyak sistem, ukuran swap sebesar 1-1.5 GB untuk memory >= 1 GB sudah cukup sesuai sebagai antisipasi.
Jika kita memiliki 2 harddisk atau lebih, kita bisa menerapkan sistem raid untuk perlindungan data. Raid adalah mekanisme penggunaan sistem yang menyatukan harddisk kedalam 1 logical partisi. Penjelasan lebih jauh mengenai raid akan dibahas dalam bab/artikel terpisah.
Secara prinsip, jika kita membuat partisi / dalam jumlah yang cukup, kita bisa dengan mudah menambahkan kapasitas harddisk untuk dijadikan atau dimount sebagai partisi tertentu jika memang diperlukan.
Untuk mengubah formasi partisi, kita bisa memilih menu Edit Partition Setup

11) Tahap berikutnya adalah menentukan nama user dan password sistem. Untuk kemudahan, kita bisa menggunakan password user sebagai password system administrator (root)



12) Sebelum proses instalasi dilakukan, ada overview mengenai pilihan yang sudah dilakukan. Kita masih bisa melakukan perubahan dari halaman overview ini.
Halaman ini bisa dianalogikan sebagai final confirmation.
Kita akan mengurangi software yang diinstall karena sistem ini diperuntukkan sebagai server dan kita tidak memerlukan aplikasi yang aneh-aneh (dalam arti, aplikasi multimedia tidak kita perlukan di server, kecuali kita jadi Admin yang
nyleneh yang melakukan konfigurasi sambil memutar film :-P
13) Klik pada group Software
14) Klik pada Gnome Desktop Environment hingga tanda centangnya hilang. Ini memastikan bahwa Gnome Desktop tidak akan diinstall (lho, kalau begitu buat apa kita memilih Gnome Desktop diawal tadi ??? Sabar, jangan marah dulu :-P )
15) Klik pada pilihan Gnome Base System. Ini akan memastikan bahwa kita melakukan instalasi Gnome basis, bukan Gnome Desktop full. Gnome basis bisa menghemat hingga sekitar 500 MB jika dibandingkan dengan Gnome Desktop full
16) Klik pada Novell AppArmor hingga warna centangnya berubah dari warna hijau menjadi warna hitam. Ini berarti bahwa Novell Apparmor tidak akan diaktifkan namun tidak bisa semuanya dihilangkan karena ada paket depedency. It's OK.
17) Klik OK
18) Scroll ke bagian paling bawah dari halaman Installation Setting. Klik link Disable pada tulisan “Firewall will be enabled”. Untuk menghindari kemungkinan adanya service yang bermasalah dengan konfigurasi setup firewall, firewall akan dimatikan pada saat instalasi dan konfigurasi sampai nanti waktunya akan diaktifkan jika server sudah selesai disetup dan siap untuk dipergunakan sebagai server production.
19) Periksa sekali lagi apakah ada setting tertentu yang ingin diganti. Jika sudah OK semua, silakan klik tombol Install.

20) Tahap terakhir adalah proses konfigurasi secara otomatis untuk menentukan resolusi layar dan konfigurasi hardware lainnya.
21) Setelah proses ini selesai, kita bisa menggunakan openSUSE 11.2 denganleluasa.

KONFIGURASI NETWORK

Setelah server selesai diinstall, silakan login dengan menggunakan user yang sudah didefinisikan pada saat instalasi. Jika pada saat instalasi memilih opsi “auto login”, posisi saat ini semestinya sudah login sebagai user.
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah setup konfigurasi jaringan. Untuk melakukannya, lakukan langkah sebagai berikut :
1.     Klik START Menu (COMPUTER) kemudian klik YAST. YAST adalah tools konfigurasi openSUSE yang sangat powerful yang akan banyak digunakan pada tutorial selanjutnya.

2.     Pilih Network Device | Network Setting

3.     Pilih network yang hendak dikonfigurasi, misalnya eth0, kemudian klik Edit
4.     Masukkan IP Address dan Subnet mask. openSUSE mendukung penulisan subnet mask dalam format simple, misalnya 255.255.255.0 bisa ditulis /24 . Hostname tidak usah diisi. Klik Next.
5.     Pindah ke tab Hostname & DNS
6.     Isi hostname, domain dan NS. Gunakan pola sebagai berikut :
Hostname : Nama komputer server, misalnya server
Domain : Fully Qualified Domain Name, misalnya vavai.com
Name Server1 : IP Address DNS lokal. Bisa diisi dengan IP Address server jika server nantinya bertindak sebagai DNS Server
Name Server 2 : IP Address router/Modem ADSL
Name Server 3 : IP Address DNS ISP/Public DNS. 8.8.8.8 adalah IP Address public
DNS milik Google

7.     Pindah ke tab Routing
8.     Isikan IP Address router/modem ADSL pada isian gateway. Dalam contoh modem
ADSL saya memiliki IP 192.168.0.5

9.     Klik OK
Dengan formasi diatas, semestinya sudah bisa mengakses internet (jika memang akses internetnya berjalan dengan baik dan sudah bayar tagihan bulanan, hehehe...)

KONFIGURASI APLIKASI PENTING

Saat nantinya menggunakan server berbasis openSUSE, ada beberapa aplikasi penting yang akan digunakan. Untuk memudahkan pemakaiannya, berikut adalah beberapa aplikasi yang sebaiknya ditempatkan pada menu utama. Silakan tambahkan aplikasi lain jika memang diperlukan :
         YAST. Tidak perlu ditambahkan karena sudah ada pada sisi kanan (menu sistem) menu utama
         konsole/terminal untuk konfigurasi berbasis teks
         Nautilus sebagai file manager atau Windows Explorer-nya Linux
         Gedit untuk editor berbasis teks
         Browser Mozilla Firefox
         Aplikasi lain jika memang diperlukan, misalnya VirtualBox, VMWare atau aplikasi built-in tertentu lainnya.
Untuk menambahkan aplikasi tersebut, lakukan langkah sebagai berikut :
1.     Klik Start menu
2.     Klik tombol More Application. Kalau tombol ini tidak ada (misalnya malah berganti jadi More Place, itu berarti anda tidak berada dalam tab Application. Perhatikan tab yang ada dibagian atas Start Menu)
3.     Pilih aplikasi yang ingin ditambahkan, klik kanan pada aplikasi tersebut kemudian pilih menu Add to Favorites. Untuk memudahkan pencarian aplikasi, ketik saja nama aplikasi pada kotak pencarian disisi kiri

4.     Lakukan hal yang sama untuk semua aplikasi yang disebutkan diatas

KONFIGURASI REPOSITORI

Repositori adalah sumber aplikasi/paket aplikasi yang akan diinstall. Jika Windows menggunakan CD instalasi, Linux menggunakan repositori untuk memudahkan proses instalasi aplikasi tertentu.
openSUSE mendukung berbagai jenis protokol jaringan dan media sebagai media repositori. Hal ini sangat memudahkan penggunaan openSUSE sebagai server karena kita bisa dengan leluasa memilih berbagai pilihan penggunaan repositori.
Cara termudah menggunakan repositori adalah menggunakan CD/DVD instalasi. Hanya saja, cara ini memiliki kelemahan, misalnya jika CD/DVD tergores, data tidak bisa diakses. Bisa juga proses instalasi menggunakan CD/DVD pinjaman sehingga tidak bisa dipakai seterusnya.
Untuk mengantisipasi hal ini, kita bisa menyalin seluruh isi DVD kedalam suatu folder dan menggunakannya sebagai media repositori. Pilihan lain adalah menggunakan repositori online, namun hal ini akan membutuhkan akses internet dan kecepatan aksesnya sangat bergantung pada kecepatan akses internet yang dimiliki.
Untuk melakukan setup repositori menggunakan folder lokal, berikut adalah panduannya :
Menyalin Isi DVD
1.    Bukan Nautilus file manager
2.    Buat folder untuk menampung isi DVD, misalnya folder /home/vavai/11.2/. Sesuaikan dengan folder yang anda miliki.
3.    Masukkan DVD
4.    Klik DVD dan salin semua isinya dengan memilih menu Edit | Select All,  Edit | Copy (CTRL A, CTRL C)
5.    Buka folder yang baru dibuat
6.    Klik menu Edit | Paste (CTRL V)
7.    Tunggu hingga semua isi DVD selesai disalin
Mengaktifkan Repositori
1.    Buka menu utama | YAST
2.    Pilih menu Software | Software Repositories

3.    Non aktif semua repo yang ada, baik repo online maupun repo DVD
4.    Klik Add

5.    Pilih Local Directory, klik Next
6.    Masukkan nama repository pada Repository Name, dan nama folder berisi isi DVD pada isian Path to Directory. Biarkan tanda centang pada Plain RPM Directory tidak
dipilih

7.    Klik Next
8.    Klik OK
Bagi anda para penggemar akses melalui konsole/terminal, penambahan repo diatas bisa dilakukan dengan cara singkat sebagai berikut :
1.    Buka konsole/terminal
2.    Ketik perintah berikut :
su
zypper ar /home/vavai/11.2/ lokal zypper ref && zypper up
Pada tutorial selanjutnya, kita akan banyak berkenalan dengan akses via konsole sebagai adaptasi pada konfigurasi berbasis teks. Seperti bisa dilihat pada contoh diatas, pada banyak kasus, akses melalui konsole dapat mempersingkat proses konfigurasi. Tidak usah khawatir, openSUSE menyediakan versi konsole maupun GUI yang membuat hidup para Admin Linux lebih mudah untuk dijalani :-)
Sumber:
  http://www.opensuse.or.id
  http://www.vavai.com
Semoga bermanfaat :D
Previous
Next Post »